Pengertian Pelayanan dan Sejarah Perkembangan Pelayanan PLB di Indonesia
Pelayanan bagi ALB adalah Jasa yang diberikan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan para ALB. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan fisik dan kesehatan, kebutuhan yang berkaitan dengan emosional-sosial, dan kebutuhan pendidikan. Tersedianya pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan merupakan faktor kunci bagi perkembangan ALB.
Keberadaan para penyandang keluarbiasaan ditandai sejak zaman purba yang masih primitif, sampai zaman yang paling mutakhir, yang ditandai dengan kecanggihan teknologi. Pada awalnya, perlakuan terhadap para penyandang keluarbiasaan sangat menyedihkan. Karena pengaruh mistik dan berbagai kepercayaan, para penyandang keluarbiasaan dikucilkan, bahkan ada yang dimusnahkan ketika masih bayi. Layanan terhadap penyandang keluarbiasaan dapat ditelusuri mulai abad ke-16, ketika di Spanyol seorang anak tuna rungu sejak lahir berhasil dididik. Di Amerika layanan ini baru mulai pada tahun 1817, dan di Indonesia dapat ditelusuri mulai tahun 1901.
Penyediaan layanan bagi ALB di Indonesia tidak semaju di negara lain. Namun, perhatian masyarakat dan pemerintah makin lama makin besar, sehingga berbagai sekolah untuk ALB mulai didirikan. Perkembangan yang menggembirakan dari jumlah sekolah dan jumlah siswa merupakan pertanda meningkatnya pelayanan bagi ALB. Meskipun peran swasta sangat besar dalam penyediaan layanan bagi ALB, namun perhatian pemerintah juga terus meningkat. Menjelang tahun 90-an. perhatian juga ditujukan untuk membantu ALB yang ada di sekolah biasa. Perhatian ini terwujud dalam berbagai penelitian tentang keberadaan ALB dan berbagai program pelatihan untuk membantu ALB yang berada di sekolah biasa. khususnya para penyandang kesulitan belajar.
Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan bagi Anak Luar Biasa (ALB)
Dalam PLB dikenal dua bentuk layanan yang sampai kini masih menimbulkan silang pendapat, yaitu layanan terpisah (segregasi) dan layanan terpadu (integrasi). Layanan segregasi mendidik ALB secara terpisah dari anak norrnal, sedangkan layanan integrasi mendidik ALB di sekolah biasa bersama anak normal. Kedua bentuk layanan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing. Di antara layanan integrasi dan segregasi penuh dapat dikem-bangkan berbagai jenis layanan dengan tingkat segregasi dan integrasi yang bervariasi. Dalam kondisi tertentu, integrasi dapat berupa integrasi fisik, integrasi sosial, dan integrasi yang paling kompleks yaitu integrasi dalam pembelajaran.
Model atau jenis pelayanan yang dapat disediakan bagi ALB adalah: (1) sekolah biasa. (2) sekolah biasa dengan guru konsultan, (3) sekolah biasa dengan guru kunjung (4) sekolah biasa dengan ruang sumber (5) model kelas khusus. (6) model sekolah khusus, dan (7) model panti asuhan/rehabilitasi.
Pendekatan kolaboratif dalam pelayanan ALB berasumsi bahwa layanan terhadap ALB akan menjadi lebih efektif jika dilakukan oleh satu tim yang berasal dari berbagai bidang keahlian, yang bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan ALB. Dalam menangani ALB yang ada di sekolah biasa, guru dapat berkolaborasi dengan teman sejawat, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
0 komentar:
Posting Komentar